Pendahuluan
“FRANCIS is one of us. He has made liberation theology the common property of the church and he has, moreover, extended it”.
Demikian kata Leonardo Boff, salah seorang teolog pembebasan terbesar yang pernah dicabut hak mengajarnya oleh Vatikan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan Leonardo Boff ini tentu saja mengguncangkan Vatikan dan juga hirarki Gereja Katolik sejagad. Mengapa? Karena kontestasi makna dan pengaruh antara para teolog pembebasan dari Amerika Latin dan Vatikan merupakan salah satu konflik global terbesar di dalam Gereja Katolik pada abad ke-20.
Vatikan berusaha untuk melarang penyebaran sejumlah ajaran yang kontroversial di dalam teologi pembebasan lewat “notifikasi“ publik dari Kongregasi untuk Dokrin Iman, penyensoran buku-buku berhaluan teologi pembebasan di seminari-seminari dan halangan bagi para teolog pembebasan dalam promosi menjadi uskup.
Ketika Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina dipilih menjadi Paus pada Maret 2013, pertanyaan tentang warisan teologi pembebasan kembali menjadi aktual. Proses kanonisasi atas Uskup Agung El Salvador, Oscar Romero dan usaha Paus Fransiskus untuk membangun komunikasi dengan salah seorang pendiri teologi pembebasan Gustavo Gutierrez memberikan sinyal tentang membaiknya hubungan Vatikan dengan teologi pembebasan.
Di samping itu, Leonardo Boff, salah seorang teolog pembebasan yang pernah mendapat larangan mengajar dari Kongregasi untuk Doktrin Iman, pernah menyampaikan kepada publik bahwa ia pernah dihubungi oleh Paus Fransiskus untuk mengirimkan sejumlah bahan yang akan digunakan untuk menulis seruan apostolik berjudul Laudato Si pada tahun 2015. Hal ini memperkuat kesan bahwa Vatikan sedang membangun rekonsiliasi dengan teologi pembebasan.
Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Selanjutnya