Yaqut Cholil, Cinta Laura dan Indonesia Baru (1)

Avatar photo

- Redaksi

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 11:41 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

Dibaca 0 kali
facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Cinta Laura

Cinta Laura

Kementerian Agama Republik Indonesia sedang berubah. Adalah Yaqut Cholil yang membuat perubahan ini terjadi. Ia orang yang merdeka. Tanpa beban ia berpidato di gereja, mengutip ayat-ayat Injil, dan tegas menyatakan dirinya menteri semua agama. Ia memang bukan Inayat Khan (1882-1927), sufi penyair yang memperkenalkan Sufi di Eropa, dan memasukan term and simbol-simbol Kristen dalam syair-syairnya. Tapi, sebagai Muslim, kesungguhan jihad dan ketulusannya dalam berislam telah mengantar dia bersentuhan dengan sesuatu yang sufistik.

Lewat buku-buku Anand Krishna, saya dan banyak orang Indonesia dari berbagai latar belakang agama, mengenal Sufi dan menyelami khazanah spiritualnya yang kemudian memantik apresiasi terhadap Islam. Sufi tidak mengapung di permukaan agama, tapi menyelam di kedalaman esensi. Para Sufi tidak tertipu kulit dan identitas luaran yang tampak beraneka warna, mereka melihat Hyang Satu di balik kebhinekaan. Yaqut berjiwa Sufi.

Sufi itu berkah bagi dunia. Anand Krishna bahkan menulis Sufi Solutions to World’s Problem (2008). Ini buku perluasan makalah yang ia sampaikan di Conference On Sufi Movement In Contemporary Islam di Singapura — diselenggarakan oleh National University of Singapore dan Institute of South East Asian Studies (14-15 Agustus 2008). Seorang Sufi tidak perlu meninggalkan agamanya tapi melakoni nilai-nilai kebajikan agama, sebagaimana dikatakan Inayat Khan, “The Sufi message does not call a person away from a belief or church; it calls to live it.”

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kesufian mengikuti kualitas mulia dan memuliakan dalam diri, dan meninggalkan sifat-sifat tercela. Atau, dalam bahasa Muhammad al-Jairi, yang dikutip Anand, “Sufism consists of entering every exalted quality and leaving behind every despicable quality.”

Yaqut menggunakan kekuasaan di tangannya untuk mengatasi cara dan sikap beragama kita yang ekstrem. Menganggap agama kita saja yang benar, yang lain kafir dan sesat. Kita jadi alot, keras, fasis, radikal. Agama laksana angin gurun yang menghalau awan agar langit tak menurunkan hujan. Kehidupan sosial kering tiada lembab kearifan dan tenggang rasa, akibat terpanggang teriknya jiwa kerontang. Indonesia terancam disintegrasi.

Maka, ia buat Aksi Moderasi Beragama. Suatu upaya untuk mengembalikan agama sebagai berkah, yakni melembutkan hati dan jiwa, membangkitkan kesadaran dan cinta dalam diri manusia. Program ini diluncurkan tanggal 22 September 2021.

Acara tersebut menghadirkan Cinta Laura sebagai representasi kaum muda. Tidak hanya sebagai undangan, ia juga berpidato. Pujian untuk Kemenag yang menyediakan panggung bagi perempuan, anak muda berlatar belakang pendidikan filsafat dan kebudayaan di Barat. Cinta tampil cemerlang. Pidatonya bernas, lugas, bertenaga, dan penuh inspirasi.

Tentang radikalisme, yang dikemukakan Cinta bukan hal baru. Namun, momentum, panggung, gerakan, usia muda, dan keberanian bersuara menjadikan pernyataannya menggugat: “Karena pemahaman yang terbatas dan pemikiran yang tidak kritis, orang-orang terjebak dalam cara berpikir di mana mereka telah memanusiakan Tuhan, merasa memiliki hak dalam mendikte kemauan Tuhan, merasa tahu pikiran Tuhan, dan merasa berhak bertindak atas nama Tuhan. Inilah yang akhirnya sering kali berubah menjadi sikap radikal”.

Menteri Yaqut, juga Nadiem Makarim, pasti tidak terluka mendengar keseluruhan pidato yang tajam menohok. Mereka bahagia. Pilihan atas Cinta sudah diperhitungkan dalam rangka recharging semangat hidup gotong-royong yang sekarat. Artis itu sukses membangkitkan kesadaran warga bangsa. Ia menghidupkan asa masyarakat akan munculnya figur-figur yang secara sistematis dan terprogram berani mendobrak hegemoni agamawan, juga pejabat dan politisi, yang mengurung agama dalam ruang sempit pemahaman dan kepentingan. Tidak heran kalau video pidatonya viral.

Baca Juga :  DPRD Sikka Temukan Anggaran Siluman Rp 25 Miliar Lebih di Dinas Kesehatan, Charles: LKPJ Berantakan

Yaqut Cholil, Cinta Laura, dan Nadiem Makarim adalah gambaran generasi emas Indonesia. Yaqut dan Nadiem sepaham, satu persepsi dan tekad, bergotong-royong untuk memperbaiki Indonesia. Sinergitas keduanya melahirkan Aksi Moderasi Beragama yang diinisiasi Kemenag, didukung dan akan dijabarkan oleh Kemendikbud. Pidato Cinta sangat mengilhami dan memperkaya kedua menteri muda ini.

Cinta berbagi pengalaman di masa sekolahnya. Murid diajarkan untuk mengapresiasi keberagaman, dan membaca scripture atau kitab suci berbagai agama sebagai literatur dan filosofi . Dengan demikian mereka tahu dan paham serta melihat keindahan dalam setiap agama.

Apreasi datang dari pengetahuan dan pemahaman atas sumber ajaran agama-agama. Sharing Cinta mengingatkan saya pada seorang pendeta yang persepsinya terhadap Islam berubah berkat tulisan Anand Krishna.

Anand mengutip pengakuannya dalam Surah-Surah Terakhir Bagi Orang Moderen (2000). Katanya, “Bapak harus menulis lebih banyak tentang ajaran Islam. Biar banyak buku yang bersifat universal. Hari ini saya bisa mengatakan, saya mencintai Islam sebagaimana saya mencintai agama saya sendiri. Untuk menghormati Nabi Muhammad saya tidak perlu melepaskan keyakinan saya pada Yesus. Sekarang, kalau saya ke gereja, saya merasa kasihan dengan mereka yang fanatik. Padahal, tanpa fanatisme hidup ini jadi lebih mudah”.

Sejak tahun 2000 Anand telah menulis ulasannya atas teks-teks ajaran agama-agama besar di dunia. Selain Quran, ia juga mengulas Injil, sutra-sutra Buddhis, Bhagavad Gita, ajaran Sikh dan sebagainya. Sebagian besar bukunya diterbitkan oleh sebuah penerbit terkemuka Indonesia.

Perubahan di lingkungan Kemenag meyakinkan saya pada penglihatan (vision) Anand Krishna tentang Indonesia Baru. Kita tahu, akibat pemahaman sempit, agama memicu segregasi sosial dan pudarnya semangat gotong royong. Namun, kehadiran Jokowi memunculkan kegembiraan dan kohesi di kalangan rakyat. Di timur Indonesia terasa betul sukacita masyarakat yang mengelu-elukan sang presiden — alasannya tidak perlu dijelaskan lagi.
Perubahan itu meneguhkan semangat gotong royong yang sudah mulai muncul lagi.

Saya tidak bisa menahan diri untuk membagikan vision humanis spiritual yang telah menulis lebih dari 180 buku itu. Visi tersebut ia abadikan dalam sebuah buku kecil berjudul Indonesia Baru (2005). Bagian kedua dan ketiga tulisan ini adalah isi buku tersebut secara keseluruhan.

Dari tempatku ini — di mana aku berada — aku dapat melihat Indonesia yang akan datang, Indonesia Baru! Aku dapat melihat setiap bangunan jiwa, setiap struktur ruh yang ada di dalamnya. Barangkali aku tidak akan ”memasuki” Indonesia Baru itu bersamamu. Aku tidak kuatir, aku tidak gelisah, aku tidak menyesalinya — karena aku telah “melihatnya”.

Kuwariskan “penglihatanku” ini kepadamu, untukmu. Ingat, yang kuwariskan bukanlah sebuah bayangan, bukan sebuah kayalan, bukan sekadar impian. Yang kuwariskan adalah sebuah “penglihatan” — a vision!

Kutinggalkan untukmu sebuah kepastian: Indonesia Baru, Indonesia Rukun, Indonesia Utuh.

Gotong Royong

Indonesia Baru yang kulihat adalah Indonesia buatan putra-putrinya sendiri. Indonesia yang dibuat oleh orang-orang Indonesia sendiri, dengan kesadaran keindonesiaannya. Bangunan Indonesia Baru tidak menggunakan bahan baku asing, bahan baku impor. Bila ada pernak pernik dari luar negeri, itu hanyalah pemanis. Tidak lebih dari itu.

Baca Juga :  Mau Jadi Bupati dan Wakil Bupati Sikka melalui PDIP? Simak Caranya!

Kekuatan Indonesia Baru datang dari dalam tubuhnya sendiri. Jiwa Indonesia Baru tidak membutuhkan dorongan dari luar untuk menumbuhkembangkan semangat yang dibutuhkan untuk membangun, mencipta, dan bertahan menghadapi segala tantangan. Semangat gotong royong — itulah yang menjadi modal dasar bagi Indonesia Baru. Inilah yang kulihat!

Gotong royong tidak “selalu” berarti orang-orang sekampung menyumbang ketika aku kena musibah. Gotong royong juga tidak “hanya” berarti aku membantu tetanggaku memperbaiki atap rumahnya. Intepretasi-interpretasi seperti ini, pemahaman-pemahaman “sempit” seperti ini justru mengkhianati semangat gotong royong.

Gotong royong “juga” berarti membantu tetanggaku memberdayakan dirinya, supaya ia mampu memperbaiki sendiri atap rumahnya. Gotong royong “juga” berarti memberdayakan diriku, sehingga aku tidak menjadi beban bagi tetanggaku. Hanyalah gotong royong seperti itu yang memiliki arti lebih, memiliki makna yang lebih “berarti”.

Gotong royong berarti setiap anak bangsa “berjuang bersama” untuk memberdayakan diri masing-masing.

Gotong royong tidak sama dengan amal saleh atau dana-punia atau charity. Gotong royong bukanlah pemberian sedekah. Semua itu hanya menyuburkan benih-benih kelemahan dan ketidakpercayaan diri dalam diri para penerima, dan keangkuhan dalam diri para pemberi. Biarlah mereka yang berjiwa lemah mengartikan gotong royong seperti itu. Mereka yang berjiwa kuat, atau setidaknya menginginkan kekuatan jiwa tidak boleh hidup dengan belaskasihan orang. Tidak boleh menjadi beban siapapun.

Gotong royong berarti memikul bersama beban negara dan bangsa ini. Dan, untuk memikul beban yang berat itu, kita semua harus menjadi kuat. Harus memberdayakan diri. Harus memiliki nyali dari baja dan otot dari besi. Syaraf-syaraf kita harus lebih dahsyat dari jaringan listrik dengan kekuatan setinggi apapun.

Dalam Indonesia Baru yang kulihat: Tidak ada satu pun orang lemah. Tidak ada seorang pun yang mau hidup dengan belaskasihan orang lain. Tidak ada lagi kerumunan massa memperebutkan bungkusan mie dan lembaran seratusribuan. Perilaku seperti itu sungguh menjijikan bagi Manusia Indonesia Baru. Melemahkan jiwanya, mengendurkan semangatnya. Sebab itu, ia akan mendefinisikan kembali arti amal saleh dengan meng-“amal”-kan ajaran-ajaran luhur yang dapat memperkuat jiwanya dan ke-“saleh”-an yang dapat memuliakan akhlaknya.

Berhentilah beramal saleh demi kapling di surga. Berhentilah memberi sedekah demi pencucian dosa. Beramal-salehlah demi kebangkitan jiwa, semangat dan akhlak. Bersedekahlah untuk menyebarluaskan kasih!

Gotong royong tidak mengenal tangan di bawah atau tangan di atas. Seorang pemberi yang egois tidak lebih baik dari seorang penerima yang lemah. Gotong royong berarti bahu-membahu. Gotong royong berarti saling bergandengan tangan. Gotong royong tidak menempatkan saudaraku penerima di bawahku yang memberi. Gotong royong adalah sebuah “kesadaran” bahwa kita semua adalah putra-putri Ibu Pertiwi. Kita memiliki hak dan kewajiban yang sama, walau aplikasinya, pelaksanaannya, penerjemahannya dalam hidup sehari-hari bisa berbeda.

Di atas landasan gotong royong yang kukuh ini kulihat Bangunan Indonesia Baru. Kemegahan terlihat jelas olehku. Kuucapkan selamat kepada saudara-saudaraku yang kelak akan menjadi penghuni bangunan ini! (bersambung)

Ditulis oleh Dominggus Koro, tour operator dan pemandu wisata, tinggal di Maumere, Flores, NTT

Berita Terkait

Deklarasi Pertama Kali, Flory-Ken Mulai Bikin Panas Demokrasi
Rabies di Sikka Kian Ganas, Penjabat Bupati Lamban
Rabies Membara di Palue Kabupaten Sikka, 1 Lagi Meninggal Dunia
Ular Blarat Bikin Listrik Padam di Kota Maumere
DPRD Sikka Temukan Anggaran Siluman Rp 25 Miliar Lebih di Dinas Kesehatan, Charles: LKPJ Berantakan
Meski Dilabeli Pemimpin Tukang Janji, Robi Idong Percaya Diri Ikut Kontestasi Pilkada Sikka
Mau Jadi Bupati dan Wakil Bupati Sikka melalui PDIP? Simak Caranya!
Sholat Id di Maumere, Ini 4 Golongan Manusia yang Dirindukan Surga

Berita Terkait

Jumat, 19 April 2024 - 14:09 WITA

Deklarasi Pertama Kali, Flory-Ken Mulai Bikin Panas Demokrasi

Jumat, 19 April 2024 - 10:12 WITA

Rabies di Sikka Kian Ganas, Penjabat Bupati Lamban

Rabu, 17 April 2024 - 12:13 WITA

Rabies Membara di Palue Kabupaten Sikka, 1 Lagi Meninggal Dunia

Selasa, 16 April 2024 - 20:32 WITA

Ular Blarat Bikin Listrik Padam di Kota Maumere

Selasa, 16 April 2024 - 15:45 WITA

DPRD Sikka Temukan Anggaran Siluman Rp 25 Miliar Lebih di Dinas Kesehatan, Charles: LKPJ Berantakan

Senin, 15 April 2024 - 19:02 WITA

Mau Jadi Bupati dan Wakil Bupati Sikka melalui PDIP? Simak Caranya!

Rabu, 10 April 2024 - 13:11 WITA

Sholat Id di Maumere, Ini 4 Golongan Manusia yang Dirindukan Surga

Rabu, 10 April 2024 - 10:13 WITA

Caleg Terpilih di Sikka Bantah Terlibat Kasus TPPO

Berita Terbaru

Penjabat Bupati Sikka Adrianus Firminus Parera

Daerah

Rabies di Sikka Kian Ganas, Penjabat Bupati Lamban

Jumat, 19 Apr 2024 - 10:12 WITA

Ulat blarat (dalam lingkaran) tergantung di gardu SDN Contoh Maumere, Selasa (16/4)

Daerah

Ular Blarat Bikin Listrik Padam di Kota Maumere

Selasa, 16 Apr 2024 - 20:32 WITA