Perarakan Patung Tuan Meninu di Larantuka Kabupaten Flores Timur, Jumat (19/4) pagi
Larantuka-SuaraSikka.com: Tradisi Semana Santa di Larantuka Kabupaten Flores Timur Propinsi NTT, sama sekali tidak terganggu dengan peristiwa politik nasional Pemilihan Umum (2019). Hal ini dapat dilihat dari dari hadirnya ribuan peziarah yang mengikuti Prosesi Tuan Meninu, Jumat (19/4).
Prosesi Tuan Meninu merupakan salah satu bagian penting dari Semana Santa yang sudah berlangsung selama lebih dari 500 tahun. Prosesi ini dilaksanakan pada pagi hari setiap Jumat Agung, hari di mana umat Katolik memperingati kematian Yesyus Kristus.
Pada prosesi ini, Tuan Meninu atau Kanak-Kanak Yesus diarak dari Kapela Tuan Meninu di Kota Rewido, Kelurahan Sarotari, untuk kemudian ditahtakan pada Armida Tuan Meninu di Kelurahan Pohon Sirih. Perarakan ini begitu sakral karena harus melewati arus laut Selat Gonzalu.
Tuan Meninu diletakkan pada sebuah sampan yang diberi tenda penutup, dan dikawal petugas khusus. Di depannya sebuah sampan kecil sebagai penunjuk jalan. Puluhan sampan mengawal ketat dari belakang. Semua sampan dipacu dengan dayung secara tradisional.
Sementara itu, ratusan perahu motor dan kapal-kapal berukuran kecil dan besar ikut terlibat dalam prosesi laut. Ribuan peziarah lain, terutama yang datang dari luar Larantuka penuh sesak di atas perahu motor dan kapal-kapal nelayan. Di antaranya terdapat beberapa kapal Basarnas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa peziarah yang dihubungi secara terpisah mengisahkan ribuan peziarah sudah memadati sepanjang pantai untuk mengikuti Prosesi Tuan Meninu. Paul Yanka, peziarah dari Maumere Kabupaten Sikka menuturkan peziarah berada pada beberapa titik seperti Pantai Rowido, Pelabuhan Laut, Pantai Kuce, dan di sekitar Armida Tuan Meninu. Beberapa kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan, menjadi tempat paling strategis untuk menyaksikan prosesi laut.
Tradisi ini semakin unik ketika peziarah ramai-ramai mengambil air laut dari sampan yang memuat Tuan Meninu. Banyak orang percaya bahwa air laut yang masuk ke dalam sampan tersebut memiliki kasiat tersendiri.
Di Kapela, Tuan Meninu tersimpan di dalam tori kecil berbentuk tabernakel, yang selama 1 tahun baru dibuka kembali oleh petugas khusus, dan kemudian dilanjutkan dengan ritual Muda Tuan atau memandikan Tuan Meninu. Biasanya air bekas pembersihan Tuan Meninu dibagikan kepada umat karena diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Puncak tradisi Semana santa yakni Prosesi Tuan Ma mengelilingi Kota Larantuka. Tuan Ma akan menyinggahi 8 buah perhentian (armida), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu, Armida St. Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce, dan Armida Desa Lohayong.
Urutan Armida menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke Allah-an-Nya (missericordia), kehidupan manusia-Nya dari masa bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaan-Nya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.
Prosesi Jumat Agung adalah sebuah perarakan yang begitu semarak dan sakral. Sejak perarakan keluar dari gereja, para “Ana Muji” melagukan “Popule Meus” yang mengisahkan tentang keluhan Allah akan rahmat dan kebaikan-Nya yang di sia-siakan oleh umat-Nya.
Prosesi keagamaan ini hanya berlangsung di Larantuka, sementara di wilayah keuskupan lainnya, umat Katolik melakukan prosesi jalan salib hidup untuk mengenang kisah sengsara Yesus sampai wafat di kayu salib. Prosesi jalan salib hidup umumnya berlangsung pada pagi hari di Jumat Agung, sedang pada sore harinya dilakukan upacara penciuman salib Yesus.*** (eny)