HIRUK PIKUK, riuh rendah kampanye telah usai. Tak ada lagi petani, nelayan, tukang ojek, pedagang kecil, ibu rumah tangga, perajin tenun dan lain sebagainya berbondong ke titik-titik di mana para calon pelayan mewartakan diri. Tak ada lagi konvoi kendaraan bikin susah orang-orang yang bergegas dengan urusan mendesak.
Kita telah memasuki masa tenang sejak tanggal 24 Nopember 2024. Para kandidat dan tim sukses — termasuk para pencari nafkah di musim Pilkada — berdoa membujuk Tuhan dan berusaha mengatasi perasaan resah gelisah. Sementara, rakyat tinggal menimang dan menimbang siapa pengabdi dan pelayan sesungguhnya, siapa yang asli berwatak penguasa serentak pembohong tega lagi kemaruk berlagak empatik memihak rakyat.
Dan, besok, Rabu 27 Nopember 2024, saat siang sudah berganti malam, kita sudah akan tahu siapa Gubernur, Bupati, dan Walikota Periode 2024-2029.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di panggung Pilkada, kita tidak mencari penguasa dan pedagang. Kita tidak mencari mereka yang menghabiskan sejumlah uang demi untung besar dari program-program pembangunan, dan berjual-beli jabatan di sana. Kita tidak memilih mereka yang menjadikan rakyat komoditi belaka, demi meraih alat legal untuk mengambil secara sah sumber-sumber keuangan negara demi diri, keluarga dan kelompok mereka sendiri.
Tapi, kita mencari dan memilih para pelayan. Kita mencari dan menyeleksi orang-orang yang sudah selesai dengan urusan pribadi dan keluarga. Mereka sungguh sudah makmur, mapan dan terutama puas dengan apa yang dimiliki.
Mereka membaktikan dan mewakafkan sisa usia untuk melayani sesama. Ini mesti menjadi perspektif atau cara pandang kita terhadap Pilkada.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya