Turis puas serentak menaruh apresiasi tinggi di atas altar persembahan budaya yang memancarkan cinta, kesahajaan dan ketulusan.
Komunitas Liangawo dan Lewomada bahagia. Orang Liangawo lebih gembira lagi, karena produk kerajinan mereka terjual banyak dan ini berarti membantu mengatasi cicilan koperasi — ada dua nama yang disebut masuk ke pelosok desa.
Saya pernah baca perspektif Bank Dunia, tapi saya lupa sumbernya. Lembaga keuangan itu memandang bahwa “culture tourism is one way or another to help alleviate poverty“.
Pariwisata budaya adalah salah satu cara untuk membantu mengurangi kemiskinan. Saya sepenuhnya sepakat, bukan karena saya pelaku pariwisata, tapi karena ada basis empirik yang membenarkan perspektif tersebut.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sudah sejak lama komunitas masyarakat yang berhimpun di Sanggar Lepo Lorun, Doka Tawa Tana, dan Bliran Sina mengalami dan menikmati berkah pariwisata budaya. Berkah yang kini meluas, menjangkau Lewomada dan Liangawo.
Budaya itu unik adanya. Bangunan rumah dan model kampung, bahasa, lagu dan tari serta musik selalu khas dan berbeda pada masing-masing etnis. Sedangkan bentang alam dengan segala keindahannya ada nuansa, beda-beda tipis antara satu daerah dengan daerah lain.
Pada titik ini, Maumere punya keunggulan komparatif. Memang, di sini sudah tidak ada komunitas yang mendiami sebuah pusat kampung dengan rumah-rumah khas seperti di kabupaten Ende, Ngada, Nagekeo, dan Manggarai. Tapi, kita juga miliki budaya yang terlihat (tangible culture) yang sungguh hidup dan energik — tarian. Pun, kita memiliki intellectual property bermutu tinggi, yakni tenunan dengan pewarna alamiah.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya