SUATU hari pada semester kedua 1984. Para siswa kelas 3 SMA Seminari San Dominggo Hokeng, Flores Timur, yang terbagi dalam kelas A dan B, dikumpulkan dalam satu kelas.
Hari itu ada pelajaran tambahan untuk persiapan menghadapi pekan EBTANAS atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pak Yonas Gelly, guru pengampu mata-pelajaran Tata Buku dan Hitung Dagang, memberikan pelajaran tambahan dengan beberapa pertanyaan.
Mata pelajaran Tata Buku dan Hitung Dagang ini terbilang unik ketika itu, melengkapi mata pelajaran Ekonomi dan Koperasi. Unik dan bikin pening tepatnya, karena para siswa dituntut mampu menguasai rumus-rumus hitung dagang yang cukup rumit.
“Kalian jangan anggap pelajaran ini tidak penting,” ujar Pak Yonas Gelly memulai nasihatnya.
“Nanti kalau kalian menjadi Imam di Paroki atau menjadi misionaris di mana pun, kalian sudah punya bekal untuk mengelola kehidupan ekonomi dan sosial umat. Bagi yang tidak menjadi Imam, pelajaran ini juga penting untuk mengelola kehidupan ekonomi keluarga,” tutur Pak Yonas.